Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

05 October 2025

RANGKUMAN MATERI PPKn KELAS 3 MI

 Berikut ini kami sampaikan resume materi Pancasila kelas 3MI untuk Asesmen aTengah Semester Gasal


Silakan dipelajari :

 1. Aku dan Temanku

🔹 Mengenal Diri dan Teman

Setiap orang punya nama, alamat, dan asal daerah berbeda.

Kita harus bangga dengan diri sendiri dan keluarga.

Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi dihargai.

🔹 Menghargai Perbedaan

Indonesia punya banyak suku, bahasa, agama, dan budaya.

Semua tetap bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Sikap yang baik: menghormati teman yang berbeda agama, bahasa, dan kebiasaan.

Jangan mengejek teman karena perbedaan.

🔹 Sikap di Rumah dan Sekolah

Di rumah: bantu orang tua, hormat pada keluarga, jujur dan disiplin.

Di sekolah: bekerja sama, mematuhi aturan, dan saling menghormati.

Di masyarakat: ikut gotong royong, menjaga kebersihan, menghargai tetangga

 2. Tempat Tinggalku

🔹 Mengenal Lingkungan

Kita tinggal di RT, RW, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

Lingkungan harus dijaga bersama agar bersih, aman, dan rukun.

Contoh sikap baik: tidak membuang sampah sembarangan, membantu tetangga, dan ikut kerja bakti.

🔹 Hidup Rukun di Lingkungan

Rukun artinya hidup damai dan saling tolong-menolong.

Kerukunan membuat lingkungan nyaman.

Jangan bertengkar, jangan iri, dan selalu berbagi kebaikan.

🔹 Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Indonesia terdiri dari banyak daerah, suku, dan bahasa.

Kita harus bangga menjadi bagian dari NKRI.

Sikap cinta tanah air:

Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

Menghormati bendera Merah Putih dan lambang negara.

Menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat.


 3. Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan

Contoh Sikap dalam sila Pancasila 

 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Berdoa, beribadah, menghargai agama orang lain.

 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Menolong teman, tidak membeda-bedakan.

3. Persatuan Indonesia Cinta tanah air, menjaga kebersamaan.

 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Bermusyawarah, menghargai pendapat orang lain.

 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Adil, tidak pilih kasih, berbagi dengan sesama


 4. Nilai Karakter yang Harus Diterapkan

✅ Gotong royong

✅ Disiplin

✅ Jujur

✅ Tanggung jawab

✅ Toleransi

✅ Cinta tanah air

✅ Menghargai perbedaan


Pesan Penting

"Kita boleh berbeda, tapi tetap satu tujuan — menjaga persatuan dan kebersamaan di rumah, sekolah, dan lingkungan.”

Baca selengkapnya ...

Resume Materi Al-Qur’an Hadis untuk Asesmen Bersama

Berikut ini kami sampaikan resume materi Al-Qur'an Hadist kelas 3 MI dalam menghadapi Asesmen Tengah Semester Gasal, silakan dipelajari:


1. Hukum Bacaan Qalqalah

Pengertian Qalqalah: getaran atau pantulan suara ketika membaca huruf qalqalah.

Huruf Qalqalah: Ù‚ Ø· ب ج د (ingat dengan istilah “Quthbu Jad”).

Jenis Qalqalah:

1. Qalqalah Sugra: terjadi ketika huruf qalqalah berharakat sukun di tengah atau akhir kata (contoh: Ø£َجْرٌ).

2. Qalqalah Kubra: terjadi ketika huruf qalqalah mati karena waqaf di akhir bacaan (contoh: الْØ­َÙ‚ّ).

Fungsi Qalqalah: membantu pembaca Al-Qur’an agar jelas, fasih, dan tidak rancu dalam pengucapan.


2. Ilmu Tajwid

Ilmu Tajwid: ilmu yang mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhraj dan sifat huruf.

Tujuan Mempelajari Tajwid:

1. Agar bacaan Al-Qur’an lebih fasih dan indah.

2. Menghindari kesalahan dalam membaca.

3. Memuliakan Al-Qur’an sesuai tuntunan.


3. Surah Al-Fatihah

Jumlah ayat: 7 ayat.

Nama lain: Ummul Kitab, Ummul Qur’an, Sab’ul Matsani.

Pokok Isi Surah Al-Fatihah:

1. Tauhid dan pengakuan bahwa Allah adalah Rabb semesta alam.

2. Permohonan pertolongan dan petunjuk kepada Allah.

3. Doa agar diberi jalan yang lurus.

Kandungan utama: Doa, pujian kepada Allah, permohonan hidayah.


4. Surah An-Nas

Jumlah ayat: 6 ayat.

Pokok Isi Surah An-Nas:

1. Perintah berlindung kepada Allah (Rabb, Malik, dan Ilah manusia).

2. Perlindungan dari godaan setan yang bersembunyi di hati manusia.

3. Setan bisa dari golongan jin dan manusia.

Kandungan utama: Doa perlindungan dari segala macam kejahatan.

5. Nilai yang Dapat Diamalkan

a). Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan penuh penghayatan.

b). Memahami hukum bacaan tajwid (seperti qalqalah) agar bacaan benar.

c). Mengamalkan doa-doa dalam Surah Al-Fatihah dan An-Nas dalam kehidupan sehari-hari:

c). Senantiasa memohon petunjuk Allah.

d). Selalu berlindung kepada Allah dari godaan setan.


Baca selengkapnya ...

21 September 2025

Senandung Cinta untuk Baginda Nabi

 

Ahad, 21 September 2025 menjadi hari yang penuh cahaya dan keberkahan bagi keluarga besar MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah Kudus. Bertempat di Aula Balai Desa Undaan Tengah, madrasah menyelenggarakan sebuah acara istimewa bertajuk “Senandung Cinta untuk Baginda Nabi Muhammad SAW.

Acara dibuka dengan penuh khidmat melalui lantunan bacaan Al-Fatihah sebagai pengantar doa untuk keselamatan bersama. Suasana semakin syahdu ketika dua siswi kelas 5, Rara dan Fida, dengan suara emasnya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bacaan merdu mereka menghadirkan ketenangan sekaligus menjadi bukti nyata keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler tilawah yang secara rutin diselenggarakan MI NU Miftahul Falah setiap hari Jum’at.

Setelah itu, hadirin diajak larut dalam bacaan maulid Al-Barzanji, mengingat kembali kisah agung kelahiran Rasulullah SAW yang penuh dengan hikmah dan teladan.

Dalam sambutannya, Bapak Ahmad Yunus, M.Pd., selaku Kepala Madrasah, menyampaikan pentingnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama, khususnya dalam hal akhlakul karimah. Menurut beliau, akhlak mulia Nabi adalah puncak keteladanan yang harus terus diwariskan kepada generasi penerus.

Beliau juga mengingatkan kembali sejarah berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, sebuah wadah perjuangan pendidikan yang telah berperan besar dalam mencetak generasi berilmu sekaligus berakhlak. Sejarah tersebut dihadirkan sebagai penguat semangat agar keluarga besar madrasah semakin teguh dalam melanjutkan perjuangan para pendahulu.

Tak lupa, pada kesempatan itu juga disisipkan doa khusus untuk memperingati Hari Jadi Kota Kudus ke-467. Harapan tulus dipanjatkan agar Kudus senantiasa dijaga Allah SWT, diberikan kedamaian, keberkahan, dan kesejahteraan lahir maupun batin bagi seluruh warganya.


Sebagai puncak acara, hadirin disuguhi penampilan indah dari Group Gambus Islami Rohatul Qulub asal Kudus. Grup ini digawangi oleh para Gus dan asatidz dari madrasah ternama di Kudus. Dengan penuh penghayatan, mereka menyajikan sholawat, syair-syair nasihat, dan lagu-lagu Islami berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia yang mampu menggugah hati setiap pendengar.


Alunan musik islami berpadu dengan suara syahdu sholawat menjadikan suasana semakin hidup, menguatkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, serta mempertebal syiar Islam di tengah masyarakat.


Acara “Senandung Cinta untuk Baginda Nabi Muhammad SAW” ini tidak hanya menjadi hiburan rohani, tetapi juga momentum berharga untuk memperkuat ukhuwah, meningkatkan rasa syukur, serta menanamkan kecintaan mendalam kepada Nabi Muhammad SAW di hati peserta didik, guru, maupun masyarakat.


Dengan semangat itu, MI NU Miftahul Falah berharap acara ini mampu menjadi tradisi yang terus berlanjut, sebagai bagian dari ikhtiar melahirkan generasi Qur’ani yang berilmu, berakhlak, dan cinta Rasulullah SAW

Baca selengkapnya ...

Guru yang lebih dari sekedar mengajar


Pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: sebenarnya kita ini sedang berada di posisi yang mana sebagai seorang pendidik?


Banyak guru yang merasa cukup dengan datang ke kelas, menyampaikan materi, memberi tugas, lalu pulang. Itu artinya kita masih berada di tahap ta’lÄ«m — mengajar dalam arti paling dasar. Murid hanya menerima informasi, mendengar suara kita, mencatat, lalu menghafal. Tapi, sering kali semua itu hanya lewat di telinga tanpa sempat menempel di hati.


Kalau kita mulai melangkah sedikit lebih jauh, kita bukan hanya menyampaikan kata, tapi juga memberi makna. Kita tidak hanya berkata, “ini rumus, ini arti kata,” melainkan membantu murid memahami alasan di baliknya. Inilah yang disebut tafhÄ«m. Ilmu yang awalnya hanya tulisan di papan tulis, berubah menjadi cahaya yang memberi arah, yang bisa mereka gunakan dalam hidup.


Namun perjalanan guru tidak berhenti di sana. Mengajar itu butuh kesabaran panjang. Saat kita sabar mendampingi anak-anak dalam proses pembiasaan, ketika kita menuntun mereka membangun akhlak, menanamkan nilai, dan membentuk karakter, maka sebenarnya kita sedang ada di tahap tarbiyah. Inilah fase di mana guru benar-benar hadir sebagai pengasuh jiwa.


Ada satu kisah sederhana. Seorang murid suatu hari tidak mengerjakan PR. Bukannya langsung dimarahi, gurunya justru bertanya pelan, “Kenapa tidak dikerjakan, Nak?” Ternyata si anak mengaku semalam membantu orang tuanya berjualan sampai larut. Dari situ sang guru mengerti bahwa pendidikan bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal empati. Besoknya, si guru bukan hanya memberi PR baru, tapi juga menanamkan pelajaran tentang tanggung jawab—dengan cara yang lebih manusiawi. Itulah tarbiyah.


Lalu, ada tahap yang lebih tinggi lagi: ta’dÄ«b. Di sini guru tidak hanya bicara, tapi memberi contoh. Murid belajar bukan hanya dari penjelasan, melainkan dari apa yang mereka lihat langsung. Ucapan kita sejalan dengan sikap kita, perintah kita disertai kasih sayang. Kadang, sebuah pelukan lebih bermakna dibanding seribu nasihat. Bahkan doa yang kita panjatkan, bisa jadi lebih kuat pengaruhnya dibandingkan semua metode mengajar yang kita kuasai.


Saya teringat cerita lain. Ada seorang guru yang setiap pagi menyapa murid-muridnya dengan senyum hangat, menyalami mereka satu per satu. Murid-murid merasa dihargai, merasa disayangi, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Di kemudian hari, murid-murid itu meniru kebiasaan sang guru: mereka terbiasa menyapa, ramah, dan penuh hormat. Itulah contoh ta’dÄ«b—teladan yang mengakar jauh lebih dalam dibandingkan sekadar teori di buku.


Nah, sekarang mari kita jujur pada diri sendiri.

Apakah kita sudah sampai pada peran sebagai teladan, atau masih sebatas penyampai materi?

Apakah kita sudah mendidik dengan cinta, atau masih hanya sekadar menegur dengan suara lantang?

Apakah kita sudah benar-benar menapaki jalan tarbiyah dan ta’dÄ«b, atau jangan-jangan selama ini kita hanya mengajar sekadar memenuhi kewajiban, bahkan mungkin karena tuntutan jam ngajar semata?


Menjadi guru sejatinya bukan hanya soal rutinitas, tapi soal dedikasi. Bukan sekadar menyampaikan, tapi menghidupkan ilmu. Bukan hanya tentang memberi tahu, tapi juga menuntun dengan hati.

Mari kita bayangkan: suatu hari, murid-murid kita sudah dewasa, sukses dengan jalannya masing-masing. Ketika mereka mengenang masa sekolah, guru seperti apa yang akan mereka sebut namanya dengan penuh haru? Guru yang hanya menyuruh dan menegur, atau guru yang mengasihi dan menginspirasi?


Kita tidak pernah tahu doa murid mana yang menembus langit karena didikan kita. Bisa jadi senyum sederhana yang kita berikan hari ini menjadi alasan Allah memudahkan jalan mereka esok.


Maka, mari terus berbenah. Jadilah guru yang dirindukan, bukan hanya guru yang diingat. Jadilah cahaya yang menuntun, bukan sekadar suara yang lewat di telinga. Karena sejatinya, guru yang baik bukan hanya mencetak murid pintar, tetapi juga menumbuhkan manusia yang berakhlak mulia.

Baca selengkapnya ...

17 September 2025

Urgensi Kolaborasi Pilar Pendidikan

 

Mendidik anak itu bukan perkara instan. Ia bukan seperti mie instan yang cukup diseduh lima menit, lalu siap disantap. Pendidikan sejati adalah sebuah proses panjang, kadang melelahkan, tapi penuh makna. Ia butuh kesabaran, pembiasaan yang konsisten, dan tentu saja keikhlasan hati.

Pendidikan tidak hanya dimulai dari kelas atau madrasah. Justru akar pendidikannya berawal sejak dini di rumah—dari teladan orang tua—dan tumbuh subur dalam lingkungan yang mendukung. Dalam Islam, mendidik anak adalah amanah besar. Allah memuliakan para guru, mengangkat derajat orang-orang berilmu, dan memberi keutamaan kepada mereka yang sabar dalam mendidik. Tapi, sebesar apa pun peran guru, pendidikan anak tidak akan pernah utuh tanpa campur tangan orang tua.


Ibarat tanaman, madrasah bisa menanam benih, guru bisa menyiram, tapi ladangnya tetap rumah. Orang tualah yang setiap hari merawat akar, batang, dan daun agar tumbuh kuat. Karena itu, tiga pilar utama pendidikan anak—madrasah, keluarga, dan lingkungan—tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.


Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik sepenuhnya ada di guru. Anak dititipkan ke madrasah, lalu seolah selesai urusan. Padahal, pendidikan sejati justru dimulai ketika anak pulang ke rumah. Misalnya, guru sudah menanamkan disiplin dengan membiasakan datang tepat waktu, tapi kalau di rumah anak dibiarkan tidur larut malam dan bangun kesiangan, maka benih disiplin itu akan mudah layu.


Atau contoh lain, di madrasah anak diajarkan untuk berkata jujur. Namun, jika di rumah ia melihat orang tuanya berbohong kecil—misalnya bilang ke tamu, “Bilang saja Ayah tidak ada,” padahal sedang di kamar—pesan kejujuran akan goyah. Anak belajar bukan hanya dari apa yang ia dengar, tapi lebih kuat dari apa yang ia lihat.


Di sinilah pentingnya sinergi. Orang tua bukan penonton, melainkan mitra utama guru dalam mendidik. Pembiasaan akhlak, adab, tanggung jawab, dan semangat belajar tidak bisa hanya dengan ceramah. Anak-anak butuh contoh nyata. Ketika mereka melihat guru dan orang tua seirama dalam sikap dan nilai, maka pendidikan akan tertanam kuat dalam dirinya.


Mendidik bukan pekerjaan sehari dua hari, melainkan perjalanan seumur hidup. Setiap orang tua perlu membuka hati, belajar, dan menyadari bahwa mendidik anak adalah ibadah. Anak-anak tidak menunggu kita sempurna untuk mulai belajar dari kita. Mereka belajar dari setiap usaha kita, bahkan dari kesalahan yang kita akui dengan jujur.


Mari kita renungkan bersama: 

Sudahkah kita membiasakan kebaikan di rumah seperti di madrasah?

Sudahkah kita menjadi teladan, bukan sekadar penyuruh?

Sudahkah kita bersinergi dengan guru, bukan malah saling melempar tanggung jawab?

Ingatlah, pendidikan tidak bisa dibangun dalam semalam, tetapi bisa runtuh seketika bila kita abai. Anak adalah cermin. Ia merekam bukan hanya pelajaran dari buku, tapi juga ucapan dan perbuatan kita sehari-hari.

Semoga kita diberi kekuatan untuk menjadi pendidik sejati—bukan hanya di kelas, tapi juga di rumah, di lingkungan, bahkan dalam setiap napas kehidupan kita. Karena mendidik bukan sekadar membentuk anak menjadi pintar, tapi menumbuhkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Baca selengkapnya ...

15 September 2025

Program Itu Penting, Tapi bingkailah dengan Cinta

 

Dalam dunia pendidikan, kita sering sibuk membuat rencana atau program. Ada program kerja, jadwal kegiatan, sampai target-target yang harus dicapai. Semua itu memang penting. Tanpa rencana, langkah kita bisa limbung, arah kabur, tujuan pun hilang.

Tapi ada sesuatu yang lebih halus, yang sering tidak terlihat di kertas kerja, tapi sangat menentukan: cinta.


Apakah Guru Sudah Bahagia?

Pernahkah kita bertanya: apakah guru yang setiap hari berdiri di depan kelas benar-benar bahagia? Jangan-jangan mereka mengajar sambil menahan letih, tapi tak pernah ada ruang untuk sekadar didengar. Begitu juga dengan siswa, apakah mereka merasa nyaman? Apakah sekolah benar-benar terasa seperti rumah?


Contohnya, ada sekolah yang sibuk menambah jam pelajaran, tapi lupa memberi ruang bermain. Akhirnya siswa jadi cepat jenuh, bahkan malas ke sekolah. Padahal, sedikit waktu untuk mendengar aspirasi mereka bisa membuat suasana jadi berbeda.


Dengarkan Sebelum Menyuruh

program yang hebat tidak akan berarti tanpa mendengar suara guru, siswa, bahkan wali murid. Di satu madrasah kecil, pernah ada kepala sekolah yang setiap pagi menyapa satu per satu guru, lalu bertanya ringan: “Ada yang bisa saya bantu hari ini?” Ternyata sapaan sederhana itu membuat guru merasa dihargai, dan semangat mengajar pun meningkat.


Ikhlas  dan cinta itu bahan bakar

Banyak program gagal bukan karena idenya jelek, tapi karena kurang ikhlas. Cinta membuat semua terasa ringan, walau dikerjakan dengan keterbatasan. Misalnya, lomba literasi yang awalnya sederhana dengan modal seadanya bisa jadi meriah karena semua guru terlibat dengan hati.


Semua Orang Punya Peran

Cinta itu memanusiakan manusia. Dari operator yang sibuk di ruang TU, guru yang tiap hari mengajar, sampai penjaga kebersihan yang diam-diam menjaga kenyamanan kelas. Tanpa mereka, rencana tinggal rencana, program tinggal program yang hanya tertulis di buku , hanya terpajang di papan kantor. Pernah ada sebuah madrasah yang sukses menggelar acara besar, dan di akhir kegiatan kepala sekolah justru memberikan apresiasi khusus kepada penjaga sekolah. Itu membuat semua merasa “punya tempat” dalam perjuangan.


Disiplin dengan Cinta

Program butuh ketegasan, tapi cinta membuat tegas tidak harus marah-marah. Guru bisa menegur siswa dengan lembut tapi tetap tegas, dan justru itu lebih membekas. Seperti seorang guru yang menegur siswanya dengan kalimat, “Nak, kamu itu pintar, tapi kalau terus terlambat, sayang sekali bakatmu tertutup oleh kebiasaanmu.” Teguran penuh cinta seperti itu jauh lebih efektif daripada teriakan.


Rapatkan Barisan, Bukan Cuma Rapat Rutin

Kekompakan tidak lahir dari daftar hadir rapat, tapi dari rasa saling percaya. Sekolah yang penuh cinta biasanya sering punya momen kecil di luar agenda formal: makan siang bareng, kerja bakti, atau sekadar ngopi bersama di kantin. Dari situ tumbuh kebersamaan yang nyata.


Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil

Cinta mengajarkan kita untuk melihat perjuangan kecil sekalipun. Ada guru yang susah payah melatih anak-anak lomba meski akhirnya hanya juara harapan. Apakah kerja kerasnya tidak berarti? Justru di situlah cinta diuji: menghargai proses, bukan sekadar hasil akhir.


Silaturahmi Lebih dari Sekadar Koordinasi

Program berjalan di atas struktur, tapi cinta berjalan di atas hubungan. Seringkali, silaturahmi tanpa agenda resmi justru lebih menguatkan. Misalnya, kepala sekolah berkunjung ke rumah seorang guru yang sedang sakit. Itu bukan sekadar koordinasi, tapi bentuk cinta yang menyembuhkan.


Akhirnya, Jangan Lupa Doa

Kita boleh menyusun strategi dan program sebaik mungkin, tapi hasil akhirnya tetap bergantung pada rahmat-Nya. Cinta pada pendidikan membuat kita sadar bahwa yang menggerakkan hati murid, guru, dan semua pihak bukan hanya rencana dan program , tapi juga doa dan keberkahan

Jadi, rencana dan program itu memang penting. Tapi tanpa cinta, rencana hanyalah tulisan di atas kertas dan pajangan di papan kantor 

Cinta kepada lembaga, kepada guru, kepada anak-anak—itulah bahan bakar sejati yang menjadikan rencana hidup, bernyawa, dan bermakna.

Baca selengkapnya ...

14 September 2025

Semarak Maulid Nabi dan Penyerahan reward juara lomba


Ahad Wage, 14 September 2025 menjadi hari yang penuh berkah bagi keluarga besar Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah Undaan Lor. Dalam suasana penuh khidmat, madrasah ini menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut dihadiri oleh pengurus madrasah, dewan guru, serta para santri.

Hadir sebagai pemberi mauidhoh hasanah adalah K. Muhammad Bahauddin dari Kudus, atau yang akrab disapa Gus Bahauddin. Beliau dikenal dengan gaya ceramahnya yang lembut, komunikatif. Tidak hanya sekadar menyampaikan nasihat, Gus Baha juga pandai menyelipkan lagu-lagu sederhana yang membuat para santri larut dalam suasana, bahkan ikut menyenandungkan bersama.

Mauidhoh yang Menyentuh Hati

Dalam ceramahnya, Gus Baha menyampaikan bahwa mencintai Rasulullah SAW tidak cukup hanya dengan menggelar peringatan Maulid, tetapi harus diwujudkan dengan meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari serta memperbanyak sholawat 

Beliau mencontohkan dengan bahasa yang sederhana dan penuh humor khasnya:

"Kalau Nabi itu sabar, sampeyan kudu latihan sabar. Nabi itu ramah, sampeyan kudu ramah. Jangan mentang-mentang pinter, terus jadi sombong. Ilmu itu bakal manfaat kalau ditandangi nganggo akhlak."

Para santri semakin antusias karena Gus Baha menyampaikan pesan lewat kisah-kisah sahabat Nabi yang diselingi lagu-lagu shalawat. Alunan nada yang lembut membuat pesan dakwah lebih mudah masuk ke hati anak-anak. Bahkan, banyak santri yang tampak terharu sekaligus gembira.


Prestasi di Pekan Madaris RMI NU Kecamatan Undaan

Selain peringatan Maulid, para santri Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah juga menorehkan prestasi gemilang dalam Pekan Madaris RMI NU Kecamatan Undaan yang berlangsung pada 24 Agustus 2025 di MI Raudlatut Tholibin Sambung, Undaan Kudus.

Berikut daftar juaranya:

Juara 1

Hafalan Amsilah Tashrifiyyah (Putri): Gladis Kemala Candra

Lomba Cerdas Cermat Ke-NU-an (Beregu):

1. Khansa Amalia Putri Adila

2. Aaqila Najma Labiqs

3. Nabila Putri Annisa Priselia

Juara 2

Tahfidz Surah Yaasin (Putra): Muhammad Arya Ulin Nuha

Baca Kitab Kuning (Putra): M. Daffa

Imla’ Pegon (Putri): Alisha Khairinniswa

Juara 3

Imla’ Pegon: Alzam Hukama Adalard

Puitisasi Madin (Putra): Rakhmat Akmal Pratama

Taqdimul Qissoh (Putra): Muhammad Fahri Rozaqul Akbar

Puitisasi Madin (Putri): Syubanul Laila Ramadhani


Prestasi Tingkat Kabupaten Kudus

Tak berhenti di tingkat kecamatan, tim Cerdas Cermat Ke-NU-an Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah berhasil melaju ke Pekan Madaris RMI NU tingkat Kabupaten Kudus pada 7 September 2025. Bertempat di Gedung Muslimat NU Kudus dan SD Unggulan Muslimat Kudus, mereka kembali meraih Juara 1 dalam LCC Ke-NU-an.

Tim tersebut terdiri dari:

1. Khansa Amalia Putri Adilah

2. Aqila Najma Labiga

3. Nabila Putri Annisa Priselia

Sebagai bentuk apresiasi, dalam momen Maulid Nabi ini sekaligus digelar penyerahan sertifikat kejuaraan bagi para santri yang berprestasi, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Tak hanya itu, madrasah juga memberikan reward berupa uang saku sebagai bentuk motivasi agar para santri semakin bersemangat belajar dan berjuang di ajang berikutnya.

Suasana haru dan gembira menyatu saat para santri satu per satu maju ke depan menerima penghargaan, disambut tepuk tangan para guru, pengurus, dan teman-teman mereka.

Siap Berlaga ke Tingkat Jawa Tengah

Dengan hasil tersebut, santri Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah akan mewakili Kudus dalam Pekan Madaris RMI NU tingkat Jawa Tengah yang akan digelar di Kabupaten Jepara pada 11–12 Oktober 2025 mendatang.

Semoga langkah para santri selalu dimudahkan Allah SWT, dan prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus belajar, berjuang, dan berkhidmah melalui madrasah tercinta 

Baca selengkapnya ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com