Sholawat Ilmu
اَللهم صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَجْعَلُنَا بِهَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ ظَاهِرًا
وَبَاطِنًا وَتَحْشُرُنَا بِعِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ فِي دُنْيَانَا
وَأُخْرَانَا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Allâhumma shalli ‘ala Sayyidinâ Muhammadin shalâtan taj’alunâ bihâ min ahlil
‘ilmi dhâhiran wa bâthinan wa tahsyurunâ bi’ibâdikas shâlihîna fî dunyânâ wa
ukhrânâ wa ‘alâ alihî wa shahbihi wa sallim.
Artinya : “Ya Allah,
limpahkanlah rahmat atas tuan kami Nabi Muhammad saw, rahmat yang dengannya
Engkau jadikan kami menjadi bagian dari ahli ilmu lahir dan batin, Engkau
kumpulkan kami dengan hamba-hamba-Mu
yang saleh di dunia dan akhirat, dan (limpahkanlah juga) untuk keluarga Nabi
saw, para sahabat, dan limpahkanlah salam (atas mereka semua).”
Keutamaan Shalawat Ilmu
Dalam kitab Râtib
Syaikhona Kholil yang disusun oleh Tim Lajnah Turats ‘Ilmu dijelaskan, Shalawat
Ilmu memiliki faedah bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan oleh Allah
dimudahkan untuk mendapatkan ilmu. Dalam kitab itu dinyatakan:
وَأَوْصَى
بَعْضُ الْمَشَايِخِ قِرَائَتَهَا قَبْلَ الدَّرْسِ مُنْفَرِدًا أَوْ جَمَاعَةً.
قَالُوْا: يُرْجَى نَفْعُهَا لِحُصُوْلِ الْعِلْمِ النَّافِعِ وَالْفُتُوْحِ،
وَالْحَشْرِ مَعَ عِبَادِ اللهِ الصَّالحِيْنَ فِي الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ
Artinya, “Telah
berwasiat sebagian guru untuk membacanya (shalawat ilmu), sebelum pelajaran,
baik sendiri maupun secara bersama. Mereka berkata: dengan manfaat (shalawat
ilmu), bisa diharapkan mendapat ilmu yang manfaat dan futuh (dibukanya hati),
serta akan dikumpulkan bersama dengan hamba-hamba Allah yang saleh, di dunia
dan akhirat.”
(Lajnah Turats ‘Ilmu,
Râtib Syaikhona Kholil, [Dârul Khalil], halaman 15).
Cara Baca Shalawat Ilmu
Sebagaimana penjelasan di atas, Shalawat Ilmu
Syaikhona Kholil dianjurkan untuk dibaca dalam majelis-majelis ilmu, tepatnya
sebelum memulai pelajaran. Namun shalawat ini juga boleh dibaca bahkan boleh
dijadikan wirid secara istiqamah. Hal itu bisa dibaca dengan tiga cara,
sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab yang sama, yaitu:
وَلِمَنْ
أَرَادَ أَنْ يَتَّخِذَهَا وِرْدًا فَلَهُ ثَلَاثُ كَيْفِيَّاتٍ، (1) اِمَّا أَنْ
يَقْرَأَهَا بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ مِنْ غَيْرِ عَدَدٍ مُعَيَّنٍ، (2) وَاِمَّا
أَنْ يَقْرَأَهَا سَبْعًا بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ، (3) وَاِمَّا أَنْ يَقْرَأَهَا
سَبْعًا لَيْلًا
Artinya, “Bagi orang
yang hendak menjadikan shalawat ilmu sebagai wirid, maka bisa dilakukan dengan
tiga cara:
(1) bisa membacanya
setelah shalat maktubah tanpa hitungan tertentu;
(2) bisa membacanya
tujuh kali setelah shalat maktubah, dan;
(3) bisa membacanya
tujuh kali di waktu malam.”
(Lajnah, Ratib
Syaikhona Kholil, halaman 15).
Sumber : https://islam.nu.or.id/