Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

01 April 2025

Perubahan dan Perbedaan cara berlebaran dulu dan sekarang

  

Lebaran tahun 2025 telah tiba, semua umat muslim merayakannya dengan suka cita. Berbagai kebutuhan dan kegiatan untuk merayakan lebaran telah diagendakan, tak peduli golongan social ekonomi kelas bawah sampai kelas atas semua merayakan dengan porsi kemampuan masing-masing.

Dalam tulisan ini, saya mencoba mengutarakan berdasarkan perjalanan waktu, mulai usia ndolornya  (mumayyiz) kami dalam merayakan lebaran bersama orag tua sampai kini sudah menjadi tua begitu banyak perubahan budaya dalam perayaan Lebaran dari era 1980-an hingga zaman sekarang , yang tentu mencerminkan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang signifikan.


Apa saja perubahan yang ada ? menurut pengamatan kami, ( tentu beda orang beda hasil pengamatan he he )  ada beberapa aspek perbedaannya:

1. Persiapan Menjelang Lebaran

  • Era 80-an: Persiapan Lebaran lebih mengandalkan tradisi turun-temurun, seperti membuat kue sendiri (nastar, kastengel, rengginang, keciput, tumpi / kembang goyang, jumputan, krupuk puli), menjahit baju baru di tukang jahit, peci hitam yang sudah merah disemirkan, ada uga yang tidak mampu beli baju baru bisa beli baju bagoran ( baju bekas layak pakai) serta membersihkan rumah secara gotong royong, mengecat dinding rumah dengan kapur( enjet), mencuci semua perkakas meja kursi, dan jendela
  • Zaman Sekarang: Kue dan makanan Lebaran lebih sering dibeli dari toko offline atau online dengan aneka macam variasi dan jenis makanan yang modern dan kekinian.  Baju Lebaran cenderung dibeli dari merek terkenal atau marketplace, dan mungkin mayoritas anak-anak muda sekarang beli kebutuhanya lewat toko online.  Kebersihan rumah lebih sering mengandalkan jasa kebersihan. Juga perbaikan rumah dan pengecatan  tentu mengikuti trend kekinian

2. Mudik Lebaran

  • Era 80-an: Mudik dilakukan dengan kendaraan umum seperti bus dan kereta api dengan kondisi seadanya. Tidak ada sistem tiket online, sehingga calon pemudik harus antre berjam-jam untuk membeli tiket. Dan bisa jadi ada yang sampai ke kampung halaman itu sudah lebaran hari pertma atau kedua ( telat dech…)
  • Zaman Sekarang: Tiket bisa dibeli secara online jauh-jauh hari, transportasi lebih nyaman dengan adanya pesawat, kereta cepat, dan jalan tol yang lebih baik. Mobil pribadi juga semakin banyak digunakan untuk mudik. Dan bahkan sekarang ada yang difasilitasi dengan adanya mudik gratis oleh perusahaan atau pemerintah setempat.

3Budaya takbir keliling

a. Era 1980-an: Kesederhanaan dan Kebersamaan Tradisional

  • Takbir keliling dilakukan secara sederhana dengan berjalan kaki beramai-ramai, biasanya oleh anak-anak, remaja, hingga orang tua.
  • Menggunakan obor dari bambu dan kaleng sebagai penerangan, serta kentongan kayu untuk menambah semarak suasana.
  • Alat musik pengiring terbatas, biasanya hanya bedug masjid atau rebana.
  • Tidak ada sistem pengamanan khusus, hanya dikawal oleh tokoh masyarakat atau pemuda setempat.
  • Semua peserta dengan khidmat melantunkan takbir dengan dikomando oleh seseorang

   b. Era 1990-an: Kreativitas Mulai Muncul

  • Selain berjalan kaki, mulai ada peserta yang menggunakan sepeda dan gerobak untuk membawa bedug.
  • Takbir keliling semakin meriah dengan berbagai bentuk lampion atau replika masjid, ka’bah, dan simbol-simbol Islam yang dibuat dari bambu dan kertas warna-warni.
  • Penggunaan sound system sederhana mulai muncul, biasanya dengan pengeras suara dari masjid atau mobil bak terbuka.
  • Masih kental dengan suasana kebersamaan tanpa kompetisi antar kelompok atau wilayah.

c. Era 2000-an: Modernisasi dan Tantangan Regulasi

  • Takbir keliling semakin meriah dengan penggunaan kendaraan bermotor, seperti truk, pick-up, dan motor yang dihias dengan lampu dan dekorasi unik.
  • Sound system lebih canggih, bahkan ada yang membawa generator listrik untuk mendukung alat musik modern seperti keyboard dan drum elektrik., Juga ada kecenderungan menyewa sound horeg dari daerah lain
  • Muncul kompetisi takbir keliling yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau organisasi masyarakat, menambah daya tarik perayaan.
  • Di beberapa daerah, takbir keliling mulai dikurangi atau dibatasi karena alasan keamanan, seperti kemacetan, tawuran antar kelompok, atau penggunaan petasan yang berlebihan.

 

4. Silaturahmi dan Bermaaf-maafan

  • Era 80-an: Silaturahmi dilakukan secara langsung dengan mengunjungi sanak saudara, tetangga, dan kerabat jauh. Anak-anak berkeliling  jalan kaki atau bersepeda onthel dari rumah ke rumah untuk bersalaman dan mendapatkan angpau. Tak peduli jarak rumah, bahkan satu kampung dua kampung full mereka kunjungi satu persatu tanpa peduli rasa lelah dan malu demi memburu kata maaf. Kekerabatan dan keakraban keluarga sangat erat karena dalam silaturrahim tersebut oleh yang lebih tua memperkenalkan ( nggenahke, ndunungke) anggota keluarga masing-masing

  • Zaman Sekarang: Silaturahmi masih dilakukan secara langsung, tetapi teknologi memungkinkan komunikasi melalui video call dan pesan digital, terutama bagi yang tidak bisa mudik. Ucapan Lebaran juga lebih banyak dikirim melalui media social dengan kecanggihan berbagai fitur aplikasi yang ada di HP Android.

5. Pemberian Angpau atau THR

  • Era 80-an: Anak-anak mendapatkan uang Lebaran dari orang tua dan kerabat dalam bentuk uang kertas baru dalam nominal kecil.
  • Zaman Sekarang: Uang Lebaran bisa diberikan dalam nominal lebih besar (dikemas dalam amplop lebaran khusus ) bahkan ada yang menggunakan dompet digital atau transfer bank.

6. Menu Lebaran

  • Era 80-an: Hidangan khas seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan sambal goreng kentang dibuat dengan bahan tradisional dan dimasak bersama-sama dalam keluarga , di dapur dengan bahan bakar kayu
  • Zaman Sekarang: Masih ada yang memasak sendiri, tetapi banyak juga yang memilih membeli makanan siap saji atau pesan catering.

7. Hiburan dan Aktivitas Lebaran

  • Era 80-an: Hiburan setelah Lebaran lebih banyak diisi dengan permainan tradisional, nonton film di televisi bersama keluarga, atau menghadiri acara hiburan lokal.
  • Zaman Sekarang: Media sosial, YouTube, dan platform streaming menjadi hiburan utama. Banyak orang juga memanfaatkan momen Lebaran untuk jalan-jalan ke tempat wisata atau berfoto untuk diunggah ke media sosial.

Meskipun esensi Lebaran sebagai momen kebersamaan dan silaturahmi tetap ada, cara masyarakat merayakannya telah berubah seiring perkembangan zaman. Teknologi, ekonomi, dan gaya hidup modern telah mengubah tradisi menjadi lebih praktis dan efisien, tetapi semangat kebersamaan tetap menjadi inti perayaan.

www.kabarmadrasah.com

Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
jangan lupa baca artikel :Download RPP Kelas 1 Kurikulum 2013 Revisi 2017
Baca selengkapnya ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com