Lantunan takbir, tahmid, dan tahlil yang mengagungkan asma Allah berkumandang menyambut hari raya idul fitri tahun ini. Jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai ungkapan rasa syukur dan sikap penghambaan manusia kepada Allah SWT.
Hari-hari yang selama sebulan penuh dipadati dengan ibadah, malam-malam yang diramaikan dengan shalat tarawih dan tadarrus Alquran, dinihari yang diisi dengan tasbih dan istigfar, saat sore menjelang maghrib yang kita hiasi dengan dzikir dan tilawah alquran, serta hari-hari dimana kita bekerja keras untuk mencari kehidupan dunia berpadu dengan amal-amal shalih untuk kebahagiaan akhirat, kini telah berlalu.
Kini tinggallah harapan dan doa, semoga Allah SWT Yang Maha Pengampun berkenan mencurahkan magfirah atas segala dosa dan kesalahan kita,
Sebagai instrospeksi diti, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam. Siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak dari kita yang selama Ramadhan rajin membaca Al Quran, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Quran dilupakan begitu saja. Semoga saja kita bisa mempertahankan nuansa ketaatan di bulan Ramadhan dalam bulan-bulan selainnya
Kini, berbicara tentang lebaran Dari suasana lebaran yang fitri , kita dapat melihat kondisi hati dan suasana jiwa manusia yang berbeda-beda, diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, Kegembiraan
Kegembiraan dan suasana hati yang suka
cita ini dipicu dengan berbagai alasan yang berbeda juga. Beberapa alasan
tersebut menghiasi suasana hati, dan menentukan sikap terhadap seseorang dalam
menghadapi lebaran yang fitri. Perbedaan alasan ini juga dipengaruhi oleh factor
religi,kematangan emosi dan usia, ekonomi dan social budaya lainnya. Beberapa diantaranya
antara lain adalah :
1. Gembira karena setelah sebulan
berpuasa, kini tibalah saatnya menikmati hari kemenangan. Kemenangan dari
sebuah “peperangan besar” yaitu jihad melawan hawa nafsu. Sesuai sabda
rasulullah SAW yang artinya bahwa bagi orang yang berpuasa mempunyai dua
kebahagian, yaitu kebahagian ketika ifthor ( berbuka ) dan kebahagian ketika
berjumpa kepada Tuhannya.
2. Gembira
karena sudah tidak malu lagi kalau makan dan merokok di waktu siang hari, sudah tidak ada beban
lagi untuk sembunyi-sembunyi kalau-kalau ketahuan keluarga, teman dan saudara, he
he Tentunya golongan ini adalah golongan yang mungkin “tidak mampu berpuasa”
karena berbagai alasan.
3. Gembira karena mempunyai dagangan yang
diharapkan omzetnya naik berlipat-lipat karena datangnya lebaran. Berbagai pedagang
memang begitu menjamur saat bulan Ramadhan, dan bahkan mendekati lebaranpun ada
pedagang yang sifatnya dadakan. Mulai dari kuliner, jajanan, maupun pakaian,
acesoris kendaraan, rumah, dan bahkan semua aspek kehidupan nyaris tersentuh
keberkahan Ramadhan dan idul fitri ini.
4. Gembira karena meningkatnya pengguna
jasa. Bagi seseorang yang bekerja di bidang jasa juga mendapatkan keberkahan
meningkatnya pengguna jasa baik jasa renovasi rumah, mebeller, pangkas rambut,
titipan sepeda di pasar dan swalayan, dan masih banyak jasa lainnya
5. Gembira karena pakaian yang serba
baru, dan akan mendapat “wisit” atau
uang saku dari paman, pak dhe bu dhe, kang mas dan mbak yu.
Begitu juga banyak jajan yang enak-enak yang tidak ada di hari biasa selain di hari idul fitri. Tentunya golongan yang ini bisa kita tebak ya??? Yaitu golongan usia anak-anak
Kedua, Kesedihan dan tangis
Bagaimanapun juga , Tuhan menciptakan di
dunia ini berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada langit ada bumi,
demikian juga Tuhan ciptakan kegembiraan dan kesedihan. Tidak setiap tangis itu
symbol kesedihan, banyak dijumpai di sekeliling kita adanya tangis di hari yang
fitri, meskipun tangis itu ada dan disembunyikan rapat-rapat dalam hati.
Apa saja tangis yang ada di hari yang
fitri?
1.Tangis karena ditinggalkan bulan suci
Ramadhan. Golongan ini tentunya
golongannya orang-orang khusus, yaitu orang-orang sholih yang dianugrahi rahmat Tuhan untuk hanya mengharap ridho-Nya.
Selalu berharap semoga dipertemukan lagi romadhan yang akan datang.
2. Tangis karena melonjaknya kebutuhan dan
pengeluaran sementara pemasukan begitu
minim. Mendekati lebaran, semua kebutuhan secara otomatis dan sudah menjadi
keniscayaan harga melambung , entah ini permainan ataukah karena hukum pasar banyaknya
minat dan permintaan, sementara ketersediaan barang sangat terbatas
3.Tangis karena belum mempunyai
gandengan. Moment lebaran terkadang membuat seseorang “minder” untuk
bersilaturrahim ke sanak keluarga, bukan karena apa, namun dihantui sebuah
pertanyaan yang wajib untuk dijawab, Sudah umur berapa? mana gandengannya? Kapan
nikahnya?
So..siapkan
jawaban sebelumnya ya kawan agar terkesan professional , tidak gugup dan tidak
merasa terpojok he he. semoga sukses !!
4.Tangis karena merasa begitu banyak dosa
dan kesalahan. Sebuah pengakuan salah dan dosa di hari fitri akan mudah
terlahir dari lisan, dan bahkan jika disertai ketulusan dari relung hati yang
dalam akan membuat mata “berkaca-kata” dan berlinang air mata. Inikah yang
dinamakan “ taubat nasuha?” bukan lagi “kapok
lombok “ (dalam Bahasa jawa)
5.Tangis karena tidak bisa mudik, Terutama
bagi saudara dan sahabat yang kebetulan di perantauan , berharap saat lebaran bisa
kumpul keluarga, namun karena sesuatu dan lain hal mengharuskan tidak bisa
mudik. Namun jangan berkecil hati, karena kemajuan teknologi saat ini, kita
bisa menjalin silaturrahim lewat sms, telepon, whatapp, video call, facebook
dan media social lainnya. So..meski jauh secara lahir namun tidak mengurangi
kedekatan hati dengan keluarga dan saudara.
6.Tangis karena tidak bisa
bersilaturrahim. Untuk lebaran tahun 2020 ini, saat pandemi COVID-19 melanda,
aturan dan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut
diberlakukan yang antara lain tidak
sedikit daerah atau kampung yang membatasi akses masuk bagi warga luar kampong tersebut.
Bahkan
juga , kalaupun boleh masuk kampung, ada juga yang tahun ini tidak bersedia
menerima tamu.
Namun bagaimanapun semua itu tentu untuk kebaikan kita semua, semoga semua kita sehat dan terhindar dari virus COVID-19 tersebut yang telah merebut “kegembiraan dan kebebasan” untuk bersilaturrahim di saat idul fitri tahun ini
Demikian coretan edisi lebaran idul
fitri ini, tidak lupa kami admin blog kabarmadrasah.com menghaturkan “
Taqobbalalahu minna maminkum taqobbal ya kariim” Selamat Idul Fitri 1441 H mohon maaf lahir
dan bathin atas segala salah dan khilaf, lebih-lebih jika ada artikel di blog
ini yang menyinggung perasaan sahabat semuanya, ada kesalahan redaksi,sekali
lagi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
www.kabarmadrasah.com
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.jangan lupa baca artikel :Download RPP Kelas 1 Kurikulum 2013 Revisi 2017