Kabarmadrasah.com - Dulu, tahun 1980-an, cerpenis, novelis dan wartawan, Pemimpin Redaksi
Majalah “HAI”, Arswendo Atmowiloto, pernah menulis buku yang berjudul
“Mengarang itu Gampang” dan “Mengarang Novel Itu Gampang”. Pada dasarnya, siapa saja bisa menulis dan bisa jadi
penulis.
Pemimpin Redaksi Majalah Hidayatullah, Mahladi Murni : “Menulis
itu mudah: ambil kertas, ambil pulpen, tulis. Mudah ‘kan?”
Tapi apakah tulisan itu sudah pasti bagus? “Belum tentu,
karena itu perlu terus-menerus disempurnakan. Musuh terbesar penulis adalah
rasa malas. Malas untuk meneruskan dan memperbaiki tulisannya hingga jadi
tulisan yang baik,” kata Mahladi lagi.
Bagaimana mengatasi rasa malas tersebut? Rasa malas untuk
memulai, dan rasa malas untuk meneruskan hingga jadi sebuah tulisan yang baik?
Baca Juga
Sahabat-sahabatku pasti kenal dengan Thomas Alva Edison
(1847-1931). Kalaupun mungkin tidak ingat namanya, tapi tiap hari kita
menikmati hasil penemuannya.
Edison adalah penemu bohlam lampu listrik yang
membuat seantero dunia terang benderang, dan berbagai penemuan lainnya. Ia digelari pengusaha dan penemu terbesar.
Memegang 1.093 hak paten.
Mereka yang pernah membaca riwayat hidup Thomas Alva Edison,
tahu bahwa Edison membutuhkan percobaan lebih 1.000 kali untuk mendapatkan
penemuan bohlam lampu tersebut. Tapi dia
tidak pernah putus asa. Tak ada kata menyerah dalam hidupnya. Kalimatnya yang
masyhur adalah “Jenius itu, 1% bakat, dan 99% kerja keras atau cucuran
keringat.”
Nah, apakah untuk menulis itu butuh bakat? Ada yang
bertanya, “Bagaimana dengan saya? Saya merasa tidak punya bakat menulis. Sejak kecil, tidak pernah belajar menulis
(mengarang). Sekarang saya sudah tua, umur sudah 60 tahun, apakah masih mungkin
saya jadi penulis?”
Yuk kita cuplik penegasan Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia.
Kakak-beradik yang dua-duanya adalah
penulis hebat dan termasuk dalam “500
Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia” (“The World’s 500 Most Influential
Muslims”). Tahun 2018, merupakan penghargaan yang ke-10 bagi Helvy, dan tahun
kelima bagi Asma, meraih penghargaan bergengsi tersebut.
Terinspirasi Thomas Alva Edison, Helvy dan Asma, dalam
berbagai pelatihan menulis maupun bedah buku, seringkali menegaskan, “Menulis itu 1% bakat, dan 99%
kerja keras.”
1.
Helvy telah menulis puluhan buku puisi, cerpen
dan novel. Yang paling top atau masterpiece adalah "Ketika Mas Gagah
Pergi" (sudah difilmkan). Yang
terbaru adalah “212: The Power of Love” yang juga sudah difilmkan, dan
yang sedang dikerjakan adalah “Radikalis Romantis”.
2. Adapun Ibu Asma Nadia telah menulis dan menerbitkan
55 atau bahkan lebih judul buku cerpen, novel dan keluarga. Dengan menulis, ia telah mengelilingi
lebih 300 kota di dunia dan sekitar 50 negara. Banyak novelnya yang sudah
difilmkan. Sebut saja, Emak Ingin Naik Haji, Assalamu’alaikum, Beijing, Jilbab
Traveler, Surga yang Tak Dirindukan, Cinta Laki-laki Biasa, dan sinetron
Catatan Hati Seorang Istri.
Melalui organisasi kader bernama
Forum Lingkar Pena (FLP), Helvy dan Asma telah membina ribuan penulis (anggota
FLP sekitar 5.000 orang). Mereka tidak hanya tinggal di Indonesia, akan tetapi
juga di berbagai negara di Asia, Australia, Eropa, Amerika dan Afrika.
Baca Juga
3. Habiburrahman El Shirazy atau akrab dipanggil
Kang Abik.
Salah satu “alumni” FLP adalah Habiburrahman El Shirazy atau biasa dipanggil Kang Abik, sang penulis novel-novel “best seller”, seperti “Ayat Ayat Cinta” 1 dan 2, “Ketika Cinta Bertasbih” 1 dan 2, “Dalam Mihrab Cinta”, “Cinta Suci Zahrana”, “Api Tauhid”, “Bumi Cinta”, dan “Bidadari Bermata Bening”. Kang Abik merupakan ketua FLP Cabang Mesir waktu ia kuliah di Al Azhar University, Kairo, Mesir.
Salah satu “alumni” FLP adalah Habiburrahman El Shirazy atau biasa dipanggil Kang Abik, sang penulis novel-novel “best seller”, seperti “Ayat Ayat Cinta” 1 dan 2, “Ketika Cinta Bertasbih” 1 dan 2, “Dalam Mihrab Cinta”, “Cinta Suci Zahrana”, “Api Tauhid”, “Bumi Cinta”, dan “Bidadari Bermata Bening”. Kang Abik merupakan ketua FLP Cabang Mesir waktu ia kuliah di Al Azhar University, Kairo, Mesir.
Novel-novel
Habiburrahman El Shirazy telah terjual jutaan eksemplar. Mungkin, hingga
saat ini, Kang Abik adalah novelis terbesar di Indonesia (dari segi penjualan
buku-bukunya). Sebagian besar novelnya sudah difilmkan. Misalnya, Ayat Ayat
Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, dan Cinta Suci Zahrana.
Beberapa novelnya juga disinetronkan.
Yang menarik, anggota FLP itu beragam, dari
anak-anak sampai orang tua. “Anggota FLP itu dari mulai anak SD sampai
kakek dan nenek yang usianya sudah di atas 60 tahun,” kata Helvy.
“Sebagian orang masih
memandang bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat, hanya mereka yang cerdas
yang bisa membuat tulisan. Ini anggapan KELIRU," kata Wakil Redaktur
Pelaksana Republika yang juga mantan redaktur Opini Republika, Nur Hasan
Murtiaji.
Nah, ini rahasia untuk memecah kesulitan tersebut, maka lakukan hal-hal
berikut:
a. Runtuhkan anggapan bahwa menulis itu sulit
b. Singkirkan jauh-jauh keinginan yang terlalu muluk dari tulisan kita
c. Menulislah seolah Anda bicara
d. Yakinlah, bahwa semua orang bisa jadi penulis.
e. Menulis itu 1 % Bakat, 99 % Jam Terbang .
Jam Terbang maksudnya adalah pengalaman yang terus-menerus
dalam menulis.
Menulis itu hanya butuh 1 persen bakat, sedangkan 99 persen
lainnya adalah kerja keras. Apakah itu
hanya berlaku untuk menulis puisi, cerpen dan novel? Tidak! Prinsip tersebut juga berlaku dalam penulisan artikel.
Demikian coretan yang berjudul MENULIS ITU MUDAH, BENARKAH? INI TRIKNYA, yang saya kumpulkan dari materi kepenulisan yang pernah saya ikuti, semoga benar-benar memotivasi kita dalam menekuni dunia menulis.
Bersambung......
Bersambung......
www.kabarmadrasah.com
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.jangan lupa baca artikel :Download RPP Kelas 1 Kurikulum 2013 Revisi 2017