Kabarmadrasah.com - Meskipun
dihadapkan pada kenyataan bahwa masih banyak guru swasta , bukan berarti semua ( baik formal, maupun non formal) yang gajinya
kecil ( di bawah UMR ), kecil dalam hal ini bukan berarti kalau dalam Bahasa Jawa “akeh ijeh kurang akeh “ tapi memang kecil dalam pandangan umum
penghasilan karyawan/pekerja , namun begitu gigih dan semangatnya para guru
swasta menekuni profesi guru meski dalam ekonomi yang pas-pasan ( untuk tidak menyebut : kekurangan).
Meskipun dengan nominal yang kecil tersebut terkadang juga diberikan nunggak
beberapa bulan karena memang kondisi keuangan sekolah yang bersumber pada dana
BOS tidak kunjung cair. Sementara sekolah
tidak ada iuran bulanan dari orang tua. ( kebanyakan sekolah/madrasah di desa)
Kondisi
demikian tidaklah serta merta melunturkan niat dan tekad para guru swasta dalam
mengabdikan diri , waktu dan hidupnya untuk mendidik putra-putri bangsa agar
senantiasa mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik. Mereka (para guru
swasta) sejenak lupa atau melupakan kepahitan hidupnya gegara bertemu dengan
anak didiknya.
Baca Juga
Hanya
pada tampilan mereka ( para guru swasta ) yang agak sedikit keren, karena memang baju dan atributnya
adalah seragam yang diberikan oleh sekolah. Atau seragam yang dituntut untuk
dibeli dengan uang sendiri karena memang sudah menjadi aturan, namun di balik
itu semua, para guru swasta adalah pribadi-pribadi luhur yang mampu
menyembunyikan kesedihan dan kekurangan segi ekonominya, dibalut dengan rasa
ikhlas menerima apapun yang telah digariskan Tuhan
Integritas
dan karakter luhur dari guru sangat dijunjung tinggi, mengingat pepatah
mengatakan , guru kencing berdiri murid
kencing berlari. Kebaikan – demi kebaikan
guru dalam bertutur kata, bertingkah laku dan dan berbusana itulah cermin
betapa guru ingin menampakkan sosok pribadi yang pantas untuk digugu
dan ditiru ( guru ).
Jika
melihat kondisi di atas, lalu apa sich rahasia seorang guru tetap eksis sebagai
guru? Tidak bosan ? tidak mau pindah profesi??
Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa menjawab itu semua, diantaranya adalah :
1. Panggilan Jiwa
Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa menjawab itu semua, diantaranya adalah :
1. Panggilan Jiwa
Akan sangat enjoy bila seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan
skillnya, keahliannya.
Akan sangat optimal hasil kerja seseorang bila
dilandasi sikap ikhlas dalam menunaikan tugas, bukan karena terpaksa, namun
sudah menjadi panggilan jiwa, kecenderungan hati untuk menjadi guru itu sebagai
modal utama
2.. Bernilai Ibadah
Faktor inilah yang mampu memotivasi dan mendorong
seseorang mau dan rela menjadi guru. Bukan harta semata, juga bukan materi.
Namun karena ada nilai ibadah yang diharap dapat diperhitungkan di sisi Allah
SWT.
Sebagaimana dalam hadis disebutkan : Sesiapa yang
menunjukan suatu amalan kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya.
( HR. Muslim:1893) (Riyadussolihin:173 )
(Bulughul Marom:1277 / 1264
Atau dalam hadis lain disebutkan : “Apabila
seorang keturunan Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah seluruh
amalnya, kecuali tiga perkara;”
a. Shodaqoh
jariyah
b.
Ilmu yang bermanfaat
c.
Anak sholih yang akan selalu mendo’akannya
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah r.a.)
3. Niat mencari Ilmu dan mengajarkannya
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah r.a.)
3. Niat mencari Ilmu dan mengajarkannya
Belajar sepanjang hayat ( long life education ), istilah tersebut senada dengan apa yang
pernah kita dengar bahwa ‘ Tuntutlah ilmu mulai dari kecil sampai
masuk liang lahad/kubur.
Dengan menjadi guru, setidaknya akan
senantiasa meng update ilmu
pengetahuan, keahlian dan informasi yang selalu berkembang. Agar tidak
ketingggalan jaman, memahami berbagai istilah zaman now, sampai dituntut untuk
mampu mengoperasikan berbagai aplikasi yang merupakan tuntutan jaman
lebih-lebih dalam dunia pendidikan.
Makanya tidak jarang, seorang guru yang sudah
sepuh mau tidak mau harus mempunyai HP Android ,punya akun facebok,
twitter,Whatapps dan lainnya untuk memantaskan diri mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi.
Tentu bukan hanya 3 faktor yang kami sebutkan
di atas itu saja yang menjadi faktor para guru swasta eksis menjadi guru, ada
fator-faktor lainnya yang bisa Bapak/Ibu tambahkan dan itu menjadi hak dan prerogative
dari masing-masing guru.
Dan bagi
kita, sebagai wali/orang tua dari anak-anak kita, ajarkan kepada anak-anak kita
untuk senantiasa hormat, sopan santun dan taat pada guru, tentuya ketaatan yang
berlandaskan kebaikan, tidak lupa menata diri kita sebagai orang tua mindset tidak mudah menyalahkan guru
terhadap tindakan yang telah guru ambil terhadap anak-anak kita. Jalin komunikasi
antara orang tua dan guru, tanyakan kendala belajar, minta solusi atas kendala
tersebut sehingga dihasilkan saling pengertian dan kesepahaman.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat bagi
kita, orang tua, guru dan siswa serta memberikan spirit bagi kemajuan
pendidikan
www.kabarmadrasah.com
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.jangan lupa baca artikel : Menyemai kader nahdhiyyah dengan Tahlil