Kegiatan Penyegaran Metodologi Guru Qiroati Sebagai Sarana Peningkatan Mutu dan Kualitas Lembaga TPQ
Kabarmadrasah.com - Kudus (21/12), Akhir tahun 2018 guru yang masih swasta khususnya guru madrasah dan TPQ, disibukkan dengan pemberkasan administrasi yang meliputi dokumen pribadi serta surat-surat penunjang lainnya sebagai persyaratan penerimaan dana bantuan kesejahteraan rakyat (kesra) Bupati terpilih periode 2018-2023; Ir. H. Muhammad Tamzil,MT.
Sebuah hal yang nyata, bahwa lembaga pendidikan keagamaan merupakan pondasi bagi kehidupan siswa yang meliputi pengetahuan agama, penerapan nilai-nilai ahlak, keimanan dan ketakwaan (IMTAQ), dasar mengenal huruf dan membaca kitab suci Al-qur’an, peribadatan, muamalah, fikih, akidah, dan lainnya.
Sebagaimana dalam rapat yang menghadirkan Badko TPQ (Badan Koordinasi TPQ) dari tiap kecamatan serta kepala TPQ se-kabupaten pada tanggal 05 Desember 2018 di hotel @Home; Kudus, yang mendatangkan narasumber dari Badko TPQ Provinsi Jawa Tengah; Drs. H. Shihabuddin, MM. menekankan tentang kualitas, fungsi, dan kriteria ideal seorang pengajar TPQ. Beliau juga menitikberatkan keharusan dalam penyempurnaan manajemen serta tata kelola sebuah lembaga TPQ menuju terwujudnya generasi qur’ani, menyongsong masa depan gemilang. Kaitannya dengan visi dan misi Badko tersebut, senada dengan gagasan qiroati sebagai salah satu metode yang digunakan banyak TPQ, khususnya di Kudus.
Upaya peningkatan kualitas guru di bawah naungan qiroati sesuai ketentuan qiroati pusat sebagai pondasi terciptanya mutu pembelajaran
Metode Qiroati; dalam pengertiannya adalah suatu metode belajar membaca Al-qur’an yang secara langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau menerapkan pembiasaan membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid (KH. Dahlan Salim Zarkasiy, 1989). Buku atau jilid yang digunakan tidak dijual bebas di pasaran, melainkan langsung dari qiroati pusat yang terletak di Pondok Pesantren Raudhotul Mujawwidin, Semarang. Alur pembeliannya pun dari pusat oleh Korcab (koordinator kabupaten), kemudian Korcab ke Korcam (koordinator kecamatan), dan selanjutnya dari Korcam ke TPQ masing-masing tempat.
Dari segi kompetensi para pengajar, para calon guru TPQ metode qiroati harus melalui pembinaan lewat Koordinator Kecamatan, dibekali fashohah, tartil, tajwid, gharib serta musykilat dalam Al-qur’an, usai dari Korcam menyatakan calon guru lulus pra-tashih, selanjutnya pentashihan dilakukan Amanah Koordinator Qiroati Cabang, di Kudus. Setelah melalui pentashihan di cabang, calon guru juga diwajibkan mengikuti metodologi dasar selama tiga hari yang dilaksanakan di TPQ Al-Isyqi Singopadon.
Dalam pelaksanaan metodologi dasar tersebut, para calon guru dibekali dengan tehnik mengajar sesuai kaidah qiroati, penjabaran visi-misi, sejarah qiroati, serta target waktu pengajaran di tiap jilid. Setelah calon guru melewati proses-proses tersebut, syahadah (ijazah qiroati, red) tidak serta merta bisa turun melainkan calon guru harus menyetorkan bacaan Al-qur’an (minimal sampai akhir surah Al-Baqoroh hingga tuntas) kepada Pra-tashih di tingkat Korcam. Baru setelah itu syahadah bisa diterimakan oleh guru yang bersangkutan dan dinyatakan layak mengabdikan ilmunya dengan metode qiroati, dengan catatan dalam lembaga yang resmi di bawah naungan bendera qiroati sesuai amanat KH. Dahlan Salim Zarkasiy.
Tak hanya berhenti di tahap itu, pembinaan juga dilakukan tiap sebulan sekali kepada Kepala TPQ yang yang dikoordinasi Korcam di tingkat kecamatan untuk selanjutnya disampaikan pada guru-guru di lembaga masing-masing. Sedangkan tiap tiga bulan sekali semua guru TPQ dalam naungan koordinator tingkat kabupaten diwajibkan ikut pembinaan serta MMQ (Majlis Mudarosah Alqur’an), dengan tujuan menjaga konsistensi dan stabilnya bacaan. Kaitannya dengan pendataan absensi MMQ, seiring dengan kemajuan teknologi, kehadiran dibaca dengan sistem absen barcode dari kartu identitas guru yang terkoneksi scanner. Sanksi dihentikannya selama tiga bulan untuk pelayanan pembelian buku jilid dalam sebuah lembaga juga dikenakan jika ada satu guru yang tidak hadir ‘tanpa keterangan’.
Begitu disiplinnya pembinaan pada guru qiroati, sehingga pembiasaan-pembiasaan itu bukan lagi sebagai hal yang berat namun lebih pada komitmen sejak pertama mulai mengabdikan diri pada qiroati. Dan sudah menjadi ketentuan pusat bahwa tiap setahun sekali Korcam harus mengadakan penyegaran metodologi di wilayahnya masing-masing untuk memastikan konsistensi bacaan serta kualitas guru dalam mengajar.
Sekilas tentang kegiatan penyegaran metodologi di TPQ Darussurur, Kalirejo, Undaan
Rabu hingga Kamis tanggal 19 dan 20 Desember 2018 ini, bertempat di TPQ Darussurur, Kalirejo, sebanyak 160 guru dari 11 TPQ se-kecamatan dikumpulkan dalam empat gelombang untuk disegarkan kembali terkait metodologi pengajaran. Dibuka oleh Amanah Pra-tashih Korcam Bapak K. Chabib Ali Musta’in, sebagai pemateri, dilanjut Ustadz Ahmad Haris, S.Th.I, S.Pd. I. yang membuka sesi tanya jawab mengenai adanya kendala apa saja yang dihadapi guru ketika mengajar, untuk kemudian ditemukan solusi tanpa keluar dari ketentuan qiroati pusat. Dan yang berkompetensi menjawab sesuai tupoksinya ialah Ustadz Masiban selaku Amanah Metodologi.
Tanya jawab juga mengenai pengisian Kartu Pribadi Santri (KPS) yang dijabarkan oleh Ustadz Mahalli. Beliau memaparkan dari KPS dan buku prestasi tersebut perjalanan/proses belajar santri tiap harinya akan terpantau, dari KPS juga bisa menjawab sudahkah guru melaksanakan target rentang waktu dari jilid perjilid? Bukan sebagai penekanan, namun melihat sebagai satu keharusan agar pembelajaran maksimal, dan gurupun tidak terlena atau bersantai ria dalam mempertanggungjawabkan tugasnya pada wali santri. Dengan catatan, target ini juga melihat dari tingkat IQ masing-masing santri yang tidak bisa disamaratakan. Begitu juga mengenai target bisa saja ada anak yang menyelesaikan sebuah jilid dihitung dalam jumlah hari sangat singkat sekali dari target hari yang ditentukan. Hal tersebut bisa karena faktor kerjasama yang berkesinambungan antara TPQ dan TK/PAUD di instansi pagi yang menerapkan metode qiroati pula, misalnya jika di TK/PAUD anak pada halaman pertama dan lancar, sorenya di TPQ melangkah naik halaman dua. Hal tersebut selaras dengan slogan ‘mencetak lulusan TPQ sedini mungkin’, untuk kemudian anak lulus dengan usia (maksimal kelas dua di tingkat MI/SD) dapat mengikuti program tahfidz dengan metode yang sama, karena dalam qiroati sendiri telah memiliki Program Tahfidz Pasca TPQ (PTPT).
Baca Juga Artikel lainnya :
Penempaan calon lulusan TPQ melalui proses yang berjenjang
Santri qiroati tahap akhir (finishing) sebelum dinyatakan lulus dan diberi ijazah juga harus melalui pra-IMTAS (Pra Imtihan Akhir Santri) secara berkala, yang dimulai dari pra-IMTAS lembaga di TPQ masing-masing, jika layak, kemudian berhak ikut pra-IMTAS di Korcam (kecamatan), di tahap ini juga dioptimalkan pengujiannya sesuai standar pengujian di jenjang IMTAS tingkat Korcab (Kabupaten). Peserta IMTAS ini selain diuji materi fashohah, tartil, serta tajwid dalam membaca Al-qur’an, juga diuji dalam Materi Penunjang (do’a harian dan surah pendek pada juz Amma) serta praktek wudhu dan sholat.
Komitmen awal sebuah pengabdian
Qiroati dengan berbagai elemen di dalamnya, sebelum adanya penghargaan secara materiil dari Bupati terpilih ini, telah jauh hari berkomitmen atas kualitas sumber daya guru dengan standar yang diharapkan agar santri lulusan TPQ mampu mambaca Al-qur’an dengan tartil, yaitu dengan diterapkannya kedisiplinan serta pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan seperti paparan di atas. Semoga ada atau tidaknya program ini, para guru TPQ tetap diistiqomahkan dalam mengabdikan ilmunya. Jangan sampai niat lillah (karena Allah) yang telah lama ada berbelok motivasi materi keduniaan semata. Jika memang program tersebut benar-benar berjalan, semoga ini merupakan komitmen mulia dari para pemangku jabatan dalam hal sumbangsihnya memajukan generasi qur’ani, dan islami, dimulai dari lembaga pendidikan keagamaan. Namun, memajukan generasi agamis bukan semata dibebankan pada lembaga pendidikan saja, hendaknya masyarakat dari lingkup terkecil (keluarga) juga ikut berkomitmen dalam niat tersebut. Adanya komitmen dari berbagai pihak secara berkesinambungan inilah yang mendasar dalam tujuan Kudus Religius.
Demikian sedikit ulasan mengenai qiroati, tanpa mengabai metode lain yang juga sama visi kaitannya pengajaran baca Al-qur’an. Tak dapat kita pungkiri bahwa banyak metode selain qiroati yang kita ketahui di Kudus juga sangat berkontribusi besar dalam menghapus buta Al-qur’an pada anak. Sebuah kalimat penutup, bahwa dalam beberapa jalan ada rute yang berbeda, namun intinya garis finish sama. Niat sama tersebut tertuang dalam petikan hadis Khoirukum man ta’allamal qur’aana wa ‘allamahu, sebaik-baiknya di antara kalian ialah yang mempelajari Al-qur’an serta mengamalkannya.
(Redaksi_Yani)
www.kabarmadrasah.com
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
Jangan lupa baca artikel : Workshop manajemen TPQ Kab. Kudus Untuk melihat lebih jauh tentang semua postingan blog kabarmadrasah ini,, silakan kunjungi [ Daftar Isi ]
Semoga bermanfaat dan jangan lupa klik tombol like dan Share Terima Kasih